pkai la processor ini tuk khidupan..

pkai la processor ini tuk khidupan..

Sunday, April 19, 2009

Utbah Bin Ghazwan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Dalam barisan orang-orang yang masuk Islam di awal waktu; dalam barisan para sahabat yang hijrah ke Habsyah; dalam barisan kaum muslimin yang hijrah ke Madinah; dalam barisan ahli panah pilih tanding yang banyak berkorban untuk Islam; ada seorang laki-laki tinggi dengan wajah bercahaya dan hati yang khusyu’. Dialah Utbah bin Ghazwan.

Dialah orang yang ke-7 memeluk Islam, taat setia pada Rasulullah, siap menghadapi kafir Quraisy yang kejam.

Pada hari-hari pertama Islam, saat penderitaan dan kesulitan banyak menghadang, Utbah bersama teman-teman muslimnya tetap teguh berpendirian. Keteguhan yang di kemudian hari menjadi makanan dan penyubur bagi hati nurani umat manusia.

Ketika Rasulullah saw menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habsyah, Utbah bersama mereka. Tetapi, kerinduannya pada Rasulullah saw tidak membiarkannya terus menetap disana. Beliau segera pulang ke Makkah dan menetap hingga datang perintah hijrah ke Madinah.

Sejak kaum kafir Quraisy melakukan gangguan dan melancarkan peperangan, Utbah selalu membawa panah dan tombaknya. Beliau pakar dalam melempar tombak dan memanah. Bersama kaum muslimin lain, beliau hancurkan dunia lama yang penuh kedustaan dan kesyirikan.

Beliau tetap menyandang senjatanya, meskipun Rasulullah telah wafat. Beliau terus berjihad, dari satu daerah ke daerah yang lain. Kudratnya dalam pertempuran melawan Parsi sangat luar biasa.

Khalifah Umar mengirimnya dengan membawa pasukan ke Ubullah untuk membebaskan wilayah itu dari cengkaman orang Parsi yang menjadikan Ubullah sebagai batu loncatan untuk menghancurkan Islam yang telah banyak membebaskan negara jajahan mereka.

Sebelum berangkat, Khalifah Umar berpesan kepadanya, “Berangkatlah bersama pasukanmu hingga tiba di perbatasan negeri Arab dan negeri Parsi. Berangkatlah! Berkah dan kemudahan Allah akan bersamamu. Serulah ke jalan Allah siapa saja yang mahu dan bagi yang menolak, ia harus membayar jizyah. Jika tidak mahu masuk Islam dan tidak mahu membayar jizyah, hanya pedang yang cocok untuk mereka. Tetap teguh dalam menghadapi musuh dan bertawakallah kepada Allah, Tuhanmu.”

Dengan pasukan yang jumlahnya tidak terlalu besar, Utbah berangkat hingga sampai di Ubullah. Tentera Parsi sudah menghimpun satu pasukan terkuat mereka untuk menghadapi pasukan Islam yang dipimpin Utbah ini. Utbah menata pasukannya. Ia berdiri di depan pasukan, membawa tombak yang belum penah tersasar dari sasarannya. Beliau berseru, “Allahu Akbar. Dia pastu menepati janji-Nya.”

Seakan beliau telah membawa peristiwa yang akan terjadi. Kemenangan terhasil dengan mudah dan Ubullah dibersihkan dari kekejaman tentera Parsi. Allah benar-benar menepati janji-Nya.

Pembangunan kota Ubullah berkembang pesat, dan akhirnya berganti menjadi kota Basrah. Di sana berdiri sebuah masjid yang indah. Utbah ingin meninggalkan kota Basrah dan kembali ke Madinah. Beliau tidak ingin lagi jawatan gabenor. Akan tetapi, Khalifah Umar tetap menginginkannya tetap di Basrah.

Utbah menjadi gabenor Basrah. Beliau menjadi imam solat, mengajarkan Islam kepada masyarakat, memutuskan perkara dengan adil. Dan memberikan contoh teladan dalam sifat zuhud, kesalihan dan kesederhanaan. Tidak henti-henti beliau memerangi pola hidup mewah dan berlebihan dengan segala kemampuannya hingga dibenci oleh mereka yang terlelap dalam godaan kesenanyan dan hawa nafsu.

Utbah berpidato di hadapan mereka, “Demi Allah, sesungguhnya aku adalah muslim ke-7. Saat itu, kami berjuang bersama Rasulullah tanpa makanan sedikit pun. Hanya dedaunan pohon, hingga lambung kami terluka. Suatu hari, aku mendapatkan sepotong kain. Kain itu kupotong menjadi dua. Sepotong untuk Sa’d bin Malik dan sepotong untukku.”

Utbah menjauhi kesenangan duniawi untuk menjaga keimanannya, sebagaimana ia juga mengkhawatirkan hal yang sama terhadap kaum muslimin. “Engkau ini seorang penguasa dan sudah selayaknya menikmati semua kesenangan dunia. Seperti itulah yang dilakukan penguasa terdahulu. Masyarakat yang tinggal disini juga terbiasa dengan gaya hidup mewah.”

Namun, dengan tenang, Utbah menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari menjadi besar dalam urusan dunia, tetap menjadi kecil di mata Allah.”

Ketika masyarakatnya berap menerima pola hidup yang sederhana yang beliau perjuangkan, beliau berkata kepada mereka, “Esok akan ada para pemimpin lain yang menggantikanku.”

Musim haji pun tiba. Ia mewakilkan urusan Basrah kepada temannya, lalu berangkat ke Makkah. Sesudah itu, beliau ke Madinah menghadap Khalifah Umar. Di sana, beliau memohon kepada khalifah untuk membebaskannya dari jawatan gabenor. Akan tetapi, khalifah menolak permintaannya. Khalifah sangat memerlukan orang yang zuhud yang sama sekali tidak tertarik dengan kesenangan dunia, ketika ramai orang mengejarnya. Khalifah selalu mengatakan, “Kalian letakkan tanggungjawab di pundakku, lalu kalian meninggalkanku sendirian? Demi Allah, aku tidak akan melepaskan kalian dari tanggungjawab ini.”

Jawapan yang sama diberikan kepada Utbah bin Ghazwan.

Utbah tidak mempunyai pilihan lain kecuali kekal di Basrah. Maka, beliau menaiki kuda dan berangkat. Sebelum berada di atas kudannya, beliau sempat berdoa, memohon kepada Allah supaya tidak dikembalikan ke Basrah. Ternyata doanya dikabulkan.

Dalam perjalanan ke Basrah, beliau menemui ajal. Ruhnya terbang menghadap Maha Pencipta dengan sukacita atas apa yang telah beliau tempuh dan perjuangkan; atas nikmat yang beliau garap; dan atas pahala yang menanti untuknya.


Sumber: antamuSlim

Sunday, April 12, 2009

Abu Ubaidah bin al-Jarrah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Abu Ubaidah adalah seorang sahabat yang terpercaya dan dicintai Rasulullah saw. Dia ikut banyak peperangan membela panji-panji Islam. Bahkan, menjadi panglima perang yang sangat memperhatikan keselamatan tentaranya.

Bahkan Abdullah bin Mas’ud bangga dengannya. “Paman-pamanku yang paling setia sebagai sahabat Rasulullah saw. Cuma tiga orang. Mereka adalah Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah,” begitu ujarnya.

Rasulullah saw. sendiri mengakui kualitas Abu Ubaidah. “Bagi suatu kaum adalah seseorang yang paling mereka percayai dan bagi kaum ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah,” begitu sabda Rasulullah saw.

Di masa pemerintahan Abu Bakar sebagi Khalifah, Abu Ubaidah dipercaya sebagai Ketua Pengawas Perbendaharaan Negara. Abu Bakar kemudian mengangkatnya menjadi Gubernur Syam. Jabatan ini diemban Abu Ubaidah hingga di masa pemerintahan Umar bin Khattab.

Tak lama kemudian Umar mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima Perang menggantikan Khalid bin Walid.

Suatu ketika, ketika di masa pemerintahan Abu Ubaidah, Syam dikepung musuh. Umar berkirim surat kepada Abu Ubaidah. Isinya, “Sesunggunya tidak akan pernah ada seorang mukmin yang dibiarkan Allah dalam suatu penderitaan melainkan Dia akan melapangkan jalannya, hingga kesulitan akan dibalas-Nya dengan kemudahan.”

Surat itu dibalas oleh Abu Ubadah dengan kalimat, “Sesungguhnya Allah swt. telah berfirman: Ketahuilah bahwasanya kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau, bermewah-mewah, dan saling membanggakan kekayaan dan anak pinak di antaramu, ibarat hujan (menyirami bumi), tumbuh-tumbuhan (menjadi subur menghijau), mengagumkan para petani. Lalu tanaman itu mengering, tampak menguning, kemudian menjadi rapuh dan hancur. Sedang di akhirat kelak, ada azab yang berat (bagi mereka yang menyenangi kemewahan dunia) namun ada pula ampunan dan keridhaan Allah (bagi yang mau bertobat). Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu belaka.” (Al-Haddid: 20)

Surat balasan Abu Ubaidah ini oleh Umar dibacakan di depan kaum muslimin seusai melaksanakan shalat berjamah. “Wahai penduduk Madinah, sesungguhnya Abu Ubaidah mengharapkan aku dan kalian semua suka berjihad,” kata Umar.

Memang Abu Ubaidah dikenal orang di zamannya sebagai orang yang zuhud. Umar pernah berkunjung ke Syam ketika Abu Ubaidah menjabat sebagai gubernur. “Abu Ubaidah, untuk apakah aku datang ke rumahmu?” tanya Umar. Jawab Abu Ubaidah, “Untuk apakah kau datang ke rumahku? Sesungguhnya aku takut kau tak kuasa menahan air matamu begitu mengetahui keadaanku nanti.”

Namun Umar memaksa. Akhirnya Abu Ubaidah mengizinkan Umar berkunjung ke rumahnya. Sungguh Umar terkejut. Ia mendapati rumah Sang Gubernur Syam kosong melompong. Tidak ada perabotan sama sekali.
Umar bertanya, “Hai Abu Ubaidah, di manakah penghidupanmu? Mengapa aku tidak melihat apa-apa selain sepotong kain lusuh dan sebuah piring besar itu, padahal kau seorang gubernur?”

“Adakah kau memiliki makanan?” tanya Umar lagi. Abu Ubaidah kemudian berdiri dari duduknya menuju ke sebuah ranjang dan memungut arang yang didalamnya.

Umar pun meneteskan air mata melihat kondisi gubernurnya seperti itu. Abu Ubaidah pun berujar, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah sudah kukatakan tadi bahwa kau ke sini hanya untuk menangis.” Umar berkata, “Ya Abu Ubaidah, banyak sekali di antara kita orang-orang yang tertipu oleh godaan dunia.”

Suatu ketika Umar mengirimi uang kepada Abu Ubaidah sejumlah empat ribu dinar. Orang yang diutus Umar melaporkan kepada Umar, “Abu Ubaidah membagi-bagi kirimanmu.” Umar berujar, “Alhamdulillah, puji syukur kepada-Nya yang telah menjadikan seseorang dalam Islam yang memiliki sifat seperti dia.”

Begitulah Abu Ubaidah. Hidup baginya adalah pilihan. Ia memilih zuhud dengan kekuasaan dan harta yang ada di dalam genggamannya. Baginya jabatan bukan aji mumpung buat memperkaya diri. Tapi, kesempatan untuk beramal lebih intensif guna meraih surga.


Sumber: www.dakwatuna.com

Wednesday, April 8, 2009

Cukuplah Allah sebagai penolong

Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepadaNya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janjiNya ridha dengan apa yang dilakukanNya, berbaik sangka kepadaNya dan menunggu dengan sabar pertolongan dariNya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat paling mulia dari seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba tenang bahwa apa yang terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap permasaslahannya hanya kepada RabbNya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan serta pertolongan dari Allah.

Syahdan, ketika Nabi Ibrahim a.s. dilempar ke dalam koboran api, ia mengucapkan, "Hasbunallah wa ni'mal wakil" maka Allah pun menjadikan appi yang panas itu dingin seketika. Dan Ibrahim pun tidak terbakar. Demikian halnya yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya. Tatkala mendapat ancaman dari pasukan kafir dan penyembah berhala, mereka juga mengucapkan, "Hasbunallah wa ni'mal wakil".

{Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar} (Ali-Imran : 173-174)

Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Sebab, manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Mereka akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila bertawakal kepada RabbNya, percaya sepenuhnya kepada Pelindungnya dan menyerahkan semua perkara kepadaNya. Kerana jika tidak demikian jalan keluar mana lagi yang akan ditempuh manusia yang lemah tak terdaya ini saat menghadapi ujian dan cubaan?

{Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman} (Al-Ma'idah:23)

Wahai orang yang ingin menyadarkan dirinya, bertawakallah kepada Yang Maha Kuat dan Maha Kaya yang kekuatan amat besar ada padaNya. Itu bila anda mau keluar dari kesusahan dan selamat dari bencana. Jadikanlah "Hasbunallah wa ni'mal wakil" syiar dan semboyan yang selalu menyelimuti lengkah hidup anda. Jika harta anda sedikit, hutang anda banyak, sumber penghidupan anda kering dan mata pencarian anda terhenti, mengadulah kepada Rabbmu seraya mengucapkan "Hasbunallah wa ni'mal wakil".

Jika anda takut kepada seorang musuh, cemas terhadap perlakuan orang zalim atau khuwatir dengan sesuatu bencana maka ucapkanlah dengan tulus kalimat ini : "Hasbunallah wa ni'mal wakil".

{Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.} ( Al-Furqan : 31)

wassalam

dari La Tahzan ; DR. 'Aidh al-Qarni